Rabu, 18 April 2018

KETIKA CINTA DATANG


Assalamualaikum... Selamat malam buat teman-teman semua. Malam ini aku bakal ngasih sebuah mini story yang pernah aku buat dulu waktu aku masih belajar di SMA. Sebenarnya cerita ini juga terinspirasi dari salah satu buku yang pernah aku baca sih, tapi banyak banget yang aku ubah dan modifikasi. Jadi ceritaku beda banget, karena gak sebagus aslinya hahaha... Nah walaupun cerita ini biasa banget dan udah lama dibuatnya, tapi insyaAllah gak expired kok hehehe.. Intinya masih bisa dibaca dan mudah-mudahan menginspirasi teman-teman. Dari pada usang dalam laptop aku trus hilang, mending di share aja, ya kan? oke, ini dia ceritanya. Selamat membaca!!!


Ketika Cinta Datang


“KETIKA CINTA DATANG”

Pagi itu, Luna pergi ke sekolah dengan tergesa-gesa,karena jam sudah menunjukkan pukul 07:00. Tiba-tiba Luna tak sengaja menabrak seseorang ketika ia sedang  berlari. Dan Luna terkejut di saat melihat dan mengenali senyuman manis yang tak pernah hilang dari ingatannya itu.
     Ternyata dia adalah Arief Reihan . Dia adalah sahabat terbaik Luna sejak kecil. Sahabat yang menemani hari-harinya, selalu menghiburnya, mengerti perasaannya dan sahabat yang selalu menghiasi hari-harinya. Mengenalnya adalah hal terindah dalam hidup Luna. Kehadirannya di setiap hari selalu dinantikan Luna. Tingkahnya yang lucu selalu dapat membuat Luna tertawa lepas hingga tak terasa waktu telah berlalu. Dan dia adalah pelita hati Luna. Pelita yang amat terang, seterang matahari, matahari hati Luna.
       Namun semua itu sudah lama tak  Luna rasakan sejak Arief pindah keluar kota 3 Tahun yang lalu bersama orangtuanya.
“Tapi,kenapa dia ada di sini? Apakah dia mencariku? Apakah dia rindu padaku? Apakah dia ingin bertemu denganku?” Begitu banyak pertanyaan yang muncul dalam hati Luna. Namun,entah mengapa bibir Luna tak dapat berucap sepatah kata pun, bagaikan terjepit perangkap tikus. Luna hanya dapat melihat wajah Arief  yang sudah lama dia rindukan. Hingga suara Arief  menyadarkan Luna.
“Hai, kamu Luna kan?”. Kata Arief menyadarkan Luna. Suara itu kini menjadi semakin merdu, bahkan matahari tersenyum mendengarnya.
“Eh, iya aku Luna”. Kata Luna gugup. Tubuh Luna serasa terbang di udara saat Arief menyebut namanya.
“Ini aku Arief, masih ingat nggak?”. Tanya Arief.
“Iya Rief,aku ingat. Tapi kenapa kamu ada di sini?”
“Yeee...Nggak senang ya kalau aku ada di sini?” Kata Arief menggoda Luna.
“Ya iyalah,siapa sih yang senang kalu kamu ada di sini? Nyebelin tahu nggak!”. Kata Luna dengan nada mengolok. Padahal saat itu hati Luna bagaikan bom yang siap meledak karena merasa sangat senang.
“Bilang saja kalau kamu kangen”. Kata Arief yang kemudian berlari meninggalkan Luna.
“Eh, enak saja! Jangan sembarangan ya! Hei...Tunggu!”. Kata Luna sambil mengejar Arief. Namun setelah sampai di sekolah, Luna kehilangan jejak Arief dan memutuskan untuk masuk ke kelas karena bel telah berbunyi.
 “Anak-anak,hari ini kita mendapatkan kawan baru. Silahkan perkenalkan diri kamu”. Kata bu guru sambil menunjuk Arief.Ternyata Arief sekelas dengan Luna.
“Oh Tuhan,terimakasih karena engkau telah memberikan kesempatan padaku untuk bisa bersama  lagi dengannya kini”. Kata Luna dalam hati.
       Beberapa jam kemudian, bel istirahat pertama berbunyi.
“Luna, ayo ke kantin aku lapar nih!”. Ajak Lia. Lia adalah sahabat terbaik Luna di sekolah.
“Iya, ayo...Aku juga lapar”. Kata Luna mengiyakan ajakan Lia.
“Luna, tunggu!”. Tiba-tiba ada seseorang yang memanggil Luna dari belakang. Ternyata orang itu adalah Arief.
“Kenapa?! Tadi aku kamu tinggalin,sekarang nyariin!!”. Kata Luna kesal.
“Iya deh maaf,aku khilaf tadi. Aku ikut kamu ke kantin ya? Ok?”. Kata Arief.
“Hmmm...Ya sudah, tapi...”. Belum selesai Luna bicara, Arief malah memotongnya.
“Hai..Kenalin aku Arief, kamu Lia kan?”. Ucap Arief, sambil bersalaman dengan Lia.
“Iya, namaku Lia”. Jawab Lia.
“Hei...Nyebelin banget sih kamu, orang lagi ngomong tuh di dengerin! Ayo Lia kita ke kantin!”. Kata Luna sambil menarik tangan Lia.
“Eh eh...Tunggu aku”. Kata Arief.
Setelah sampai di kantin, mereka memesan makanan dan minuman,meceritakan diri masing-masing dan menceritakan persahabatan Luna dengan Arief kepada Lia. Hingga bel sekolah berbunyi lagi,pertanda jam pelajaran selanjutnya akan dimulai.
“Ayo balik”. Kata Luna sambi membayar mie ayam
“Luna...”. Ucap Arief dengan nada lembut.
“Apalagi!?”. Sahut Luna.
“Hehe...Bayarin dong,uang aku ketinggalan di tas nih”
“Haa...Nggak salah?Nggak modal banget sih kamu!”
“Hehe...Sorry deh,nggak banyak kok, Cuma Rp.15.000  aja”
“Haaa? Ya ampun! Ya udah!”. Kata Luna kesal sambil membayar makanan Arief.
Ketika pelajaran usai,Luna dan Lia bergegas untuk pulang. Namun mereka berpisah karena rumah mereka berjauhan dan beda arah. Ketika Luna berjalan beberapa langkah dari gerbang sekolah. Tiba-tiba Arief memanggil Luna.
“Luna,tunggu...Kita pulang bareng ya?”. Ajak Arief
“Hah? Pulang bareng? Nggak ah,ntar kalau ada tukang bakso lewat takutnya kamu minta di beliin lagi!”. Jawab Luna kesal.
“Udah, ayo pulang bareng”. Kata Arief sambil berjalan mendahului Luna.
“Anak ini kenapa sih?  Bikin bingung saja!”. Kata Luna dengan suara pelan.
Arief hanya menolehkan kepalanya dan tersenyum. Membuat Luna semakin bingung.Lama mereka di jalan, tanpa berbicara sepatah kata pun. Hingga tangan Luna menyenggol tangan Arief.
“Eh,sorry...”. Kata Luna sambil berhenti sejenak,karena sudah di depan rumah.
“Iya, nggak apa-apa, disenggol lagi juga boleh”.
“Ye...Ngarep lagi!”. Kata Luna kesal, sambil melangkahkan kakinya menuju pintu rumah. Tapi ternyata Arief mengikutinya.
“Eh, mau ngapain kamu masuk ke rumah aku? Seenaknya saja!”
“Aduh-aduh, kenapa sih kamu teriak-teriak Luna?”. Kata Mama Luna yang datang dari dalam rumah.
“Ini nih Ma, masa dia masuk rumah kita!”
“Lho...Memangnya kenapa? Sekarangkan Nak Arief tinggal disini”. Jawab Mama Luna.
“Apa?!!?”. Bagaikan tersambar petir, Luna sangat terkejut kala itu.
“Bagaimana mungkin seorang Arief Reihan tinggal serumah denganku?. Ah...Bisa-bisa aku jadi gila”. Pikir Luna.
“Y udah, sana masuk, ganti baju dan makan siang dulu. Kamar Arief sudah di bersihkan tuh, di sebelah kamarnya Luna ya?”. Kata Mama Luna.
“Iya tante, makasih”. Jawab Arief.
Setiap hari mereka selalu bersama, berangkat sekolah bersama, pulang sekolah bersama,  bahkan nonton TV pun bersama. Walaupun ada saja yang mereka ributkan,entah itu hal kecil ataupun hal besar, mereka tetap menikmati hangatnya setiap detik-detik kebersamaan itu. Rasa benci dan kesal yang dulu Luna rasakan, kini telah berubah menjadi rasa sayang dan rindu walaupun Luna masih belum menyadari perasaannya itu.
       Hingga pada suatu hari, ketika mereka pulang sekolah. Arief tidak pulang bersama Luna, Luna mencari Arief kemana-mana namun tidak ketemu. Kemudian Luna bertanya pada teman-temannya.Kata salah seorang dari teman-temannya, Arief pulang duluan. Jika Arief pulang duluan itu nggak masalah, tapi ada satu hal yang mengejutkan Luna. Kata salah seorang temannya yang lain, Arief pulang bersama Lia. Benar-benar hati Luna seperti tersayat oleh pisau yang baru saja di asah, rasanya sangat perih dan sakit.
“Mengapa dia pulang dengan Lia tanpa memberitahuku? Bagaimana bisa itu terjadi? Rasanya kepalaku akan meledak karena memikirkan semua itu!”. Luna pun pulang dengan perasaan gelisah dan penuh tanya. Tanpa sadar air mata Luna mulai menetes. Tetesan demi tetesan kini mulai membanjiri pipinya. Hati Luna merasa dikhianati.
“Tapi kenapa aku berpikir begini? Sedangkan aku dengan Arief tidak memiliki hubungan apapun. Mungkinkah ada cinta yang tumbuh di hatiku? Lalu, bagaimana dengan Arief? Apakah dia memiliki perasaan yang sama denganku?”. Tanya Luna dalam hati. Tangisan Luna semakin keras.
“Tidak mungkin Arief mencintaiku, bila dia mencintaiku, mana mungkin dia menyakitiku dengan pergi bersama Lia, sahabatku sendiri”. Pikir Luna. Akhirnya Luna berpikir bahwa Arief tidak mencintainya dan lebih memilih untuk menghindar darinya.
       Ketika di rumah, Luna hanya terdiam dan mengurung dirinya di kamar.
“Luna, Arief ayo makan Nak”. Panggil Mama Luna yang sedang menyiapkan makan siang. Namun Luna tidak menjawab.
“Lunanya mana tante?”. Kata Arief.
“Nggak tahu tuh Rief, tolong panggilkan ya? Mungkin dia tidur”.
“Iya tante”.Kata Arief sembari melangkahkan kakinya kearah tangga karena kamar Luna ada di lantai atas.
“Tok tok tok”. Arief mengetuk pintu kamar Luna, namun Luna tidak menghiraukannya.
“Luna...Kamu ngapain sih? Ayo makan, ditunggu Mamamu tuh”. Luna membuka pintu dan keluar tanpa berbicara dan menatap wajah Arief menuju meja makan.
“Eh...Nih anak kenapa yah?”. Kata Arief bingung.
       Setelah selesai makan, Luna langsung pergi ke kamar dan tetap membisu. Karena bingung, Arief sengaja mengikuti Luna.
“Kamu kenapa sih?”.Tanya Arief lembut.
“Nggak kenapa-kenapa”. Luna berusaha untuk tetap tenang di depan Arief walaupun sebenarnya hatinya sedang bergemuruh.
“Nggak kenapa-kenapa gimana? Kamu  ngambek ya, gara-gara tadi aku tinggal?”
“Nggak tuh, sudah sana pergi! Aku mau tidur siang!”. Kata Luna sambil mendorong tubuh Arief keluar kamarnya. Setelah Arief keluar Luna kembali menangis. Sejak hari itu hari-hari Luna menjadi buram bagaikan hidup dengan lentera. Luna kini menjadi sering melamun, dan jarang tersenyum. Terlebih lagi ketika suatu hari Lia menemui Luna dan berkata bahwa dia mencintai Arief.
“Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Aku tak mungkin melukai perasaan sahabatku sendiri. Tapi...Haruskah aku yang terluka?”. Luna sangat bingung saat itu. Akhirnya Luna lebih memilih untuk memendam perasaannya dan membiarkan Lia memiliki Arief.
       Berat rasanya melepaskan orang yang disayangi. Namun Luna merelakan Arief teruntuk Lia. Setiap hari Luna bertemu Arief dan setiap hari pula Luna acuhkan dia. Hingga pada suatu ketika, Arief berpapasan dengan Luna yang hendak ke kamar.
“Luna...Luna tunggu”. Kata Arief,tapi Luna tetap tidak peduli dan seolah-olah tidak mendengarnya. Tapi, tangan Arief meraih tangan Luna dan menyandarkan tubuh Luna di dinding.
“Kamu kenapa sih Lun, kenapa kamu selalu meghindar dari aku? Kenapa sikapmu berubah jadi dingin kaya gini? Tolong Lun jawab aku! Aku nggak mau kamu terus-terusan kaya gini”. Tangan Arief memegang tangan Luna dengan erat seolah tak mau kehilangan Luna.
“Akh...Sakit Rief, lepasin aku!”. Rintih Luna
“Nggak, aku nggak akan ngelepasin kamu , sebelum kamu jelasin semua ini!”. Kata Arief dengan tatapan tajam menatap mata Luna. Kini air mata Luna tak dapat lagi dibendung, dengan derasnya dia mengalir dan membasahi pipi Luna. Belum sempat Luna menjawab pertanyaan Arief, handphone Arief berbunyi. Entah apa isi dari pesan tersebut, Luna hanya dapat melihat ekspresi Arief yang terkejut saat melihatnya. Arief hanya menatap Luna sejenak dan kemudian menarik tangan Luna serta membawanya pergi ke suatu tempat. Ternyata Arief membawa Luna ke suatu Rumah Sakit. Luna hanya terdiam dan terus mengikuti Arief yang masih menggenggam tangannya berharap tidak terjadi hal yang buruk. Langkah Luna kemudian terhenti di saat Luna melihat sahabatnya Lia terbaring lemah di ranjang. Air mata Luna mulai berjatuhan melihat wajah Lia yang terlihat pucat. Tapi Luna mencoba untuk tetap tegar dan menghapus air matanya.
“Kamu kenapa Lia?”. Tanya Luna yang berjalan menghampiri Lia.
“Nggak apa-apa kok, Lia maafin aku yah? Selama ini aku sudah egois sama kamu. Aku lebih mentingin perasaan aku daripada sahabat aku sendiri. Aku tahu kalau kamu lebih mencintai Arief dan aku juga tahu kalau Arief juga mencintai kamu. Selama ini Arief peduli sama aku hanya karena kasihan dan dia lebih mencintai kamu. Tolong kamu jaga Luna ya Rief”. Kata Lia sambil meraih tangan Luna dan menyatukannya dengan tangan Arief.
“Kamu ngomong apa sih Lia, kamu bakal cepat sembuh kok, ayo minum dulu ya?”. Kata Luna yang mencoba menenangkan diri
nya sendiri dan mengambil segelas air di meja sebelah Lia. Ketika Luna membalikkan badannya, gelas itu terjatuh dan pecah. Karena Luna tahu bahwa Lia telah pergi. Luna merasa sangat terpukul dan menangis sekeras kerasnya.
“Lia...Lia...Kamu kenapa Lia!Lia bangun, Lia bangun....Lia bangun...Jangan pergi Lia!!!”. Teriak Luna yang selalu memanggil nama Lia. Arief berusaha menenangkan Luna dan meminta maaf karena lebih memperdulikan Lia daripada Luna. Semua karena permintaan kakak Lia yang meminta Arief untuk menjaga dan menghiasi hari-hari Lia disisa akhir hidupnya karena Lia mengidap penyakit kanker otak. Di depan Lia Arief menyatakan cintanya pada Luna dan Luna menerimanya. Hati Luna merasa bahagia dan juga sedih. Senang karena mendapatkan cinta Arief dan sedih karena kehilangan sahabat sebaik Lia.

...TAMAT...


Nah, gimana ceritanya guys? biasa aja kan? heheh... Kalo kalian ngerasa biasa aja baca cerita ini, berarti kalian belum mendalami ceritanya nih. coba deh posisikan diri kalian di salah satu tokoh cerita di atas. Kalo masih biasa aja, ya berarti emang ceritanya yang super biasa..hahahah