Assalamualaikum... Selamat malam buat teman-teman semua. Malam ini aku bakal ngasih sebuah mini story yang pernah aku buat dulu waktu aku masih belajar di SMA. Sebenarnya cerita ini juga terinspirasi dari salah satu buku yang pernah aku baca sih, tapi banyak banget yang aku ubah dan modifikasi. Jadi ceritaku beda banget, karena gak sebagus aslinya hahaha... Nah walaupun cerita ini biasa banget dan udah lama dibuatnya, tapi insyaAllah gak expired kok hehehe.. Intinya masih bisa dibaca dan mudah-mudahan menginspirasi teman-teman. Dari pada usang dalam laptop aku trus hilang, mending di share aja, ya kan? oke, ini dia ceritanya. Selamat membaca!!!
Ketika Cinta Datang |
“KETIKA CINTA
DATANG”
Pagi itu, Luna pergi ke sekolah dengan
tergesa-gesa,karena jam sudah menunjukkan pukul 07:00. Tiba-tiba Luna tak
sengaja menabrak seseorang ketika ia sedang
berlari. Dan Luna terkejut di saat melihat dan mengenali
senyuman manis yang tak pernah hilang dari ingatannya itu.
Ternyata dia adalah Arief Reihan . Dia
adalah sahabat terbaik Luna sejak kecil.
Sahabat yang menemani hari-harinya, selalu menghiburnya, mengerti perasaannya
dan sahabat yang selalu menghiasi hari-harinya. Mengenalnya adalah hal terindah
dalam hidup Luna. Kehadirannya di setiap hari selalu dinantikan Luna.
Tingkahnya yang lucu selalu dapat membuat Luna tertawa lepas hingga tak terasa
waktu telah berlalu. Dan dia adalah pelita hati Luna.
Pelita yang amat terang, seterang matahari, matahari
hati Luna.
Namun semua itu sudah lama tak Luna rasakan sejak Arief pindah keluar kota 3
Tahun yang lalu bersama orangtuanya.
“Tapi,kenapa dia
ada di sini? Apakah dia mencariku? Apakah dia rindu
padaku? Apakah dia ingin bertemu denganku?” Begitu banyak pertanyaan yang
muncul dalam hati Luna. Namun,entah mengapa bibir Luna tak dapat berucap
sepatah kata pun, bagaikan terjepit perangkap tikus.
Luna hanya dapat melihat wajah Arief
yang sudah lama dia rindukan. Hingga suara Arief menyadarkan Luna.
“Hai, kamu Luna
kan?”. Kata Arief menyadarkan Luna. Suara itu kini menjadi semakin merdu,
bahkan matahari tersenyum mendengarnya.
“Eh, iya aku
Luna”. Kata Luna gugup. Tubuh Luna serasa
terbang di udara saat Arief menyebut namanya.
“Ini aku Arief,
masih ingat nggak?”. Tanya Arief.
“Iya Rief,aku
ingat. Tapi kenapa kamu ada di sini?”
“Yeee...Nggak
senang ya kalau aku ada di sini?” Kata Arief menggoda Luna.
“Ya iyalah,siapa
sih yang senang kalu kamu ada di sini? Nyebelin tahu nggak!”. Kata Luna dengan
nada mengolok. Padahal saat itu hati Luna bagaikan bom
yang siap meledak karena merasa sangat senang.
“Bilang saja
kalau kamu kangen”. Kata Arief yang kemudian berlari meninggalkan Luna.
“Eh, enak saja!
Jangan sembarangan ya! Hei...Tunggu!”. Kata Luna sambil mengejar Arief. Namun
setelah sampai di sekolah, Luna kehilangan jejak
Arief dan memutuskan untuk masuk ke kelas karena bel telah berbunyi.
“Anak-anak,hari ini kita mendapatkan kawan
baru. Silahkan perkenalkan diri kamu”. Kata bu guru sambil menunjuk Arief.Ternyata
Arief sekelas dengan Luna.
“Oh
Tuhan,terimakasih karena engkau telah memberikan kesempatan padaku untuk bisa
bersama lagi dengannya kini”. Kata Luna
dalam hati.
Beberapa jam kemudian, bel istirahat
pertama berbunyi.
“Luna, ayo ke
kantin aku lapar nih!”. Ajak Lia. Lia adalah sahabat terbaik Luna di sekolah.
“Iya, ayo...Aku
juga lapar”. Kata Luna mengiyakan ajakan Lia.
“Luna, tunggu!”.
Tiba-tiba ada seseorang yang memanggil Luna dari belakang. Ternyata orang itu
adalah Arief.
“Kenapa?! Tadi
aku kamu tinggalin,sekarang nyariin!!”. Kata Luna kesal.
“Iya deh
maaf,aku khilaf tadi. Aku ikut kamu ke kantin ya? Ok?”. Kata Arief.
“Hmmm...Ya
sudah, tapi...”. Belum selesai Luna bicara, Arief malah memotongnya.
“Hai..Kenalin
aku Arief, kamu Lia kan?”. Ucap Arief, sambil bersalaman dengan Lia.
“Iya, namaku
Lia”. Jawab Lia.
“Hei...Nyebelin
banget sih kamu, orang lagi ngomong tuh di dengerin! Ayo Lia kita ke kantin!”.
Kata Luna sambil menarik tangan Lia.
“Eh eh...Tunggu
aku”. Kata Arief.
Setelah sampai
di kantin, mereka memesan makanan dan minuman,meceritakan diri masing-masing
dan menceritakan persahabatan Luna dengan Arief kepada Lia. Hingga bel sekolah
berbunyi lagi,pertanda jam pelajaran selanjutnya akan dimulai.
“Ayo balik”.
Kata Luna sambi membayar mie ayam
“Luna...”. Ucap
Arief dengan nada lembut.
“Apalagi!?”.
Sahut Luna.
“Hehe...Bayarin
dong,uang aku ketinggalan di tas nih”
“Haa...Nggak
salah?Nggak modal banget sih kamu!”
“Hehe...Sorry
deh,nggak banyak kok, Cuma Rp.15.000 aja”
“Haaa? Ya ampun!
Ya udah!”. Kata Luna kesal sambil membayar makanan Arief.
Ketika pelajaran
usai,Luna dan Lia bergegas untuk pulang. Namun mereka berpisah karena rumah
mereka berjauhan dan beda arah. Ketika Luna berjalan beberapa langkah dari
gerbang sekolah. Tiba-tiba Arief memanggil Luna.
“Luna,tunggu...Kita
pulang bareng ya?”. Ajak Arief
“Hah? Pulang
bareng? Nggak ah,ntar kalau ada tukang bakso lewat takutnya kamu minta di
beliin lagi!”. Jawab Luna kesal.
“Udah, ayo
pulang bareng”. Kata Arief sambil berjalan mendahului Luna.
“Anak ini kenapa
sih? Bikin bingung saja!”. Kata Luna
dengan suara pelan.
Arief hanya
menolehkan kepalanya dan tersenyum. Membuat Luna semakin bingung.Lama mereka di
jalan, tanpa berbicara sepatah kata pun. Hingga tangan Luna menyenggol tangan
Arief.
“Eh,sorry...”.
Kata Luna sambil berhenti sejenak,karena sudah di depan rumah.
“Iya, nggak
apa-apa, disenggol lagi juga boleh”.
“Ye...Ngarep
lagi!”. Kata Luna kesal, sambil melangkahkan kakinya menuju pintu rumah. Tapi
ternyata Arief mengikutinya.
“Eh, mau ngapain
kamu masuk ke rumah aku? Seenaknya saja!”
“Aduh-aduh,
kenapa sih kamu teriak-teriak Luna?”. Kata Mama Luna yang datang dari dalam
rumah.
“Ini nih Ma,
masa dia masuk rumah kita!”
“Lho...Memangnya
kenapa? Sekarangkan Nak Arief tinggal disini”. Jawab Mama Luna.
“Apa?!!?”. Bagaikan tersambar petir, Luna sangat terkejut kala itu.
“Bagaimana
mungkin seorang Arief Reihan tinggal serumah denganku?. Ah...Bisa-bisa aku jadi
gila”. Pikir Luna.
“Y udah, sana
masuk, ganti baju dan makan siang dulu. Kamar Arief sudah di bersihkan tuh, di
sebelah kamarnya Luna ya?”. Kata Mama Luna.
“Iya tante,
makasih”. Jawab Arief.
Setiap hari mereka
selalu bersama, berangkat sekolah bersama, pulang sekolah bersama, bahkan nonton TV pun bersama. Walaupun ada
saja yang mereka ributkan,entah itu hal kecil ataupun hal besar, mereka tetap
menikmati hangatnya setiap detik-detik kebersamaan itu. Rasa benci dan kesal yang dulu Luna rasakan, kini telah
berubah menjadi rasa sayang dan rindu walaupun Luna masih belum menyadari
perasaannya itu.
Hingga pada suatu hari, ketika mereka
pulang sekolah. Arief tidak pulang bersama Luna, Luna mencari Arief kemana-mana
namun tidak ketemu. Kemudian Luna bertanya pada teman-temannya.Kata salah
seorang dari teman-temannya, Arief pulang duluan. Jika Arief pulang duluan itu
nggak masalah, tapi ada satu hal yang mengejutkan Luna. Kata salah seorang
temannya yang lain, Arief pulang bersama Lia. Benar-benar
hati Luna seperti tersayat oleh pisau yang baru saja di asah, rasanya sangat
perih dan sakit.
“Mengapa dia
pulang dengan Lia tanpa memberitahuku? Bagaimana bisa itu terjadi? Rasanya
kepalaku akan meledak karena memikirkan
semua itu!”. Luna pun pulang dengan perasaan gelisah
dan penuh tanya. Tanpa sadar air mata Luna mulai menetes. Tetesan demi tetesan
kini mulai membanjiri pipinya. Hati Luna merasa dikhianati.
“Tapi kenapa aku
berpikir begini? Sedangkan aku dengan Arief tidak memiliki hubungan apapun.
Mungkinkah ada cinta yang tumbuh di hatiku?
Lalu, bagaimana dengan Arief? Apakah dia memiliki perasaan yang sama
denganku?”. Tanya Luna dalam hati. Tangisan Luna semakin keras.
“Tidak mungkin
Arief mencintaiku, bila dia mencintaiku, mana mungkin dia menyakitiku dengan
pergi bersama Lia, sahabatku sendiri”. Pikir Luna. Akhirnya Luna berpikir bahwa
Arief tidak mencintainya dan lebih memilih untuk menghindar darinya.
Ketika di rumah, Luna hanya terdiam dan
mengurung dirinya di kamar.
“Luna, Arief ayo
makan Nak”. Panggil Mama Luna yang sedang menyiapkan makan siang. Namun Luna
tidak menjawab.
“Lunanya mana
tante?”. Kata Arief.
“Nggak tahu tuh
Rief, tolong panggilkan ya? Mungkin dia tidur”.
“Iya tante”.Kata
Arief sembari melangkahkan kakinya kearah tangga karena kamar Luna ada di
lantai atas.
“Tok tok tok”.
Arief mengetuk pintu kamar Luna, namun Luna tidak menghiraukannya.
“Luna...Kamu
ngapain sih? Ayo makan, ditunggu Mamamu tuh”. Luna membuka pintu dan keluar
tanpa berbicara dan menatap wajah Arief menuju meja makan.
“Eh...Nih anak
kenapa yah?”. Kata Arief bingung.
Setelah selesai makan, Luna langsung
pergi ke kamar dan tetap membisu. Karena bingung, Arief sengaja mengikuti Luna.
“Kamu kenapa
sih?”.Tanya Arief lembut.
“Nggak
kenapa-kenapa”. Luna berusaha untuk tetap tenang di depan Arief walaupun
sebenarnya hatinya sedang bergemuruh.
“Nggak
kenapa-kenapa gimana? Kamu ngambek ya,
gara-gara tadi aku tinggal?”
“Nggak tuh,
sudah sana pergi! Aku mau tidur siang!”. Kata Luna sambil mendorong tubuh Arief
keluar kamarnya. Setelah Arief keluar Luna kembali menangis. Sejak hari itu
hari-hari Luna menjadi buram bagaikan hidup dengan lentera.
Luna kini menjadi sering melamun, dan jarang tersenyum. Terlebih lagi ketika
suatu hari Lia menemui Luna dan berkata bahwa dia mencintai Arief.
“Oh Tuhan, apa
yang harus aku lakukan? Aku tak mungkin melukai perasaan sahabatku sendiri.
Tapi...Haruskah aku yang terluka?”. Luna sangat bingung saat itu. Akhirnya Luna
lebih memilih untuk memendam perasaannya dan membiarkan Lia memiliki Arief.
Berat rasanya melepaskan orang yang
disayangi. Namun Luna merelakan Arief teruntuk Lia. Setiap hari Luna bertemu
Arief dan setiap hari pula Luna acuhkan dia. Hingga pada suatu ketika, Arief
berpapasan dengan Luna yang hendak ke kamar.
“Luna...Luna
tunggu”. Kata Arief,tapi Luna tetap tidak peduli dan seolah-olah tidak
mendengarnya. Tapi, tangan Arief meraih tangan Luna dan menyandarkan tubuh Luna
di dinding.
“Kamu kenapa sih
Lun, kenapa kamu selalu meghindar dari aku? Kenapa sikapmu berubah jadi dingin
kaya gini? Tolong Lun jawab aku! Aku nggak mau kamu terus-terusan kaya gini”.
Tangan Arief memegang tangan Luna dengan erat seolah tak mau kehilangan Luna.
“Akh...Sakit
Rief, lepasin aku!”. Rintih Luna
“Nggak, aku
nggak akan ngelepasin kamu , sebelum kamu jelasin semua ini!”. Kata Arief
dengan tatapan tajam menatap mata Luna. Kini air mata Luna tak dapat lagi
dibendung, dengan derasnya dia mengalir dan membasahi pipi Luna. Belum sempat
Luna menjawab pertanyaan Arief, handphone Arief berbunyi. Entah apa isi dari
pesan tersebut, Luna hanya dapat melihat ekspresi Arief yang terkejut saat
melihatnya. Arief hanya menatap Luna sejenak dan kemudian menarik tangan Luna
serta membawanya pergi ke suatu tempat. Ternyata Arief membawa Luna ke suatu
Rumah Sakit. Luna hanya terdiam dan terus mengikuti Arief yang masih
menggenggam tangannya berharap tidak terjadi hal yang buruk. Langkah Luna
kemudian terhenti di saat Luna melihat sahabatnya Lia terbaring lemah di ranjang. Air mata Luna mulai berjatuhan
melihat wajah Lia yang terlihat pucat. Tapi Luna mencoba untuk tetap tegar dan
menghapus air matanya.
“Kamu kenapa
Lia?”. Tanya Luna yang berjalan menghampiri Lia.
“Nggak apa-apa
kok, Lia maafin aku yah? Selama ini aku sudah egois sama kamu. Aku lebih
mentingin perasaan aku daripada sahabat aku sendiri. Aku tahu kalau kamu lebih
mencintai Arief dan aku juga tahu kalau Arief juga mencintai kamu. Selama ini
Arief peduli sama aku hanya karena kasihan dan dia lebih mencintai kamu. Tolong
kamu jaga Luna ya Rief”. Kata Lia sambil meraih tangan Luna dan menyatukannya
dengan tangan Arief.
“Kamu ngomong
apa sih Lia, kamu bakal cepat sembuh kok, ayo minum dulu ya?”. Kata Luna yang
mencoba menenangkan diri
“Lia...Lia...Kamu
kenapa Lia!Lia bangun, Lia bangun....Lia bangun...Jangan pergi Lia!!!”. Teriak
Luna yang selalu memanggil nama Lia. Arief berusaha menenangkan Luna dan
meminta maaf karena lebih memperdulikan Lia daripada Luna. Semua karena
permintaan kakak Lia yang meminta Arief untuk menjaga dan menghiasi hari-hari
Lia disisa akhir hidupnya karena Lia mengidap penyakit kanker
otak. Di depan Lia Arief menyatakan cintanya pada Luna dan Luna menerimanya.
Hati Luna merasa bahagia dan juga sedih. Senang karena mendapatkan cinta Arief
dan sedih karena kehilangan sahabat sebaik Lia.
...TAMAT...
Nah, gimana ceritanya guys? biasa aja kan? heheh... Kalo kalian ngerasa biasa aja baca cerita ini, berarti kalian belum mendalami ceritanya nih. coba deh posisikan diri kalian di salah satu tokoh cerita di atas. Kalo masih biasa aja, ya berarti emang ceritanya yang super biasa..hahahah